Daftar Isi
Artikel ini akan membahas tentang keuntungan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dan bagaimana cara kerja PLTSa dalam membuat sampah menjadi energi listrik.
Yuk simak penjelasanya !
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Indonesia menghasilkan 19,32 juta ton sampah dari 168 kabupaten/kota sepanjang tahun 2023. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan 0,53 kg sampah per hari. Meskipun 66,94% sampah tersebut telah terkelola dengan baik, 33,06% sisanya masih belum tertangani. Sampah yang tidak terkelola ini berpotensi mencemari lingkungan, membahayakan kesehatan masyarakat, dan menghambat pembangunan berkelanjutan.
Dibalik permasalahan tersebut, terdapat peluang besar untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) muncul sebagai solusi inovatif. Teknologi ini memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap panas yang kemudian digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik.
PLTSa adalah teknologi yang mengonversi sampah menjadi energi listrik. Proses ini melibatkan pembakaran sampah di dalam sebuah insinerator untuk menghasilkan panas. Panas tersebut kemudian digunakan untuk memanaskan air hingga menjadi uap, yang selanjutnya menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Teknologi ini dianggap efektif dan cepat dalam mengurangi jumlah sampah, sekaligus membawa manfaat perekonomian dari sumber energi listrik yang dihasilkan.
Pemerintah Indonesia telah merencanakan pembangunan PLTSa di berbagai kota besar sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi volume sampah. Sejak 2019 hingga 2022, PLTSa sudah diterapkan di 12 kota di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Denpasar, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Palembang, dan Manado sesuai Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah jadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Keuntungan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
- Mengurangi volume sampah: PLTSa dapat memproses sampah dalam jumlah besar, sehingga mengurangi beban di tempat pembuangan akhir (TPA). Ini berdampak pada penghematan ruang dan pencegahan pencemaran tanah.
- Energi listrik terbarukan: PLTSa menghasilkan listrik secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
- Menekan emisi gas rumah kaca: dibandingkan TPA konvensional, PLTSa mengurangi emisi gas metana yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik.
- Transformasi sampah menjadi sumber daya: PLTSa mengubah sampah dari beban menjadi sumber energi yang bermanfaat.
Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Meskipun menjanjikan, PLTSa juga memiliki kelemahan yang perlu dicermati:
- Emisi polutan: proses pembakaran menghasilkan emisi gas berbahaya dan partikel halus, meski tingkatnya lebih rendah dari pembakaran batubara. Emisi ini dapat berdampak pada kesehatan dan lingkungan.
- Biaya tinggi: pembangunan dan pengoperasian PLTSa membutuhkan investasi yang besar dibandingkan pembangkit listrik konvensional.
- Residu berbahaya: proses pembakaran menghasilkan abu dan residu lain yang perlu dikelola secara hati-hati untuk mencegah pencemaran lingkungan.
Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Pembangkit listrik tenaga sampah memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar utamanya. Sampah yang digunakan bisa berupa sampah organik maupun sampah anorganik.
Merujuk pada Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol. 12 No. 1 (2020) ada cara lain untuk mendapatkan bahan bakar dari sampah dengan memanfaatkan gas metana (Biomasa), dengan metode yang dapat diterapkan yaitu :
- Metode pembakaran (Incinerator) : Metode ini digunakan dalam memproduksi energi panas. Dengan metode ini proses pembakaran dapat mengurangi 75-80% volume sampah tanpa pemisahan, limbah hasil pembakaran juga cukup kering untuk langsung digunakan untuk sebagai bahan Pengurugan (bahan timbunan).
- Metode Gasifikasi : yaitu dengan memanfaatkan gas yang keluar dari tumpukan sampah organik. Dengan metode ini suhu pembakaran lebih tinggi, biaya instalasi dan operasi lebih terjangkau, dan emisi yang sangat minim karena gas akan terbakar sempurna dan tersisa hanya CO2.
Berikut ini adalah langkah-langkah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTsa) :
- Sampah diangkut ke lokasi pengumpulan sampah untuk di tiriskan lindih dan menyalurkan lindih ke penampungan agar tidak mencemari lingkungan.
- Setelah kering, sampah di akut ke dalam tungku pembakaran dengan suhu sangat tinggi dan waktu yang lama, di saat bersamaan juga akan menghilangkan gas beracun yang ada dalam hasil pembakaran.
- Gas panas yang dihasilkan akan disalurkan untuk menguapkan air yang ada dalam ketel.
- Uap dengan temperatur dan tekanan tinggi ini lah yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
- Gas yang telah digunakan panasnya kemudian akan disalurkan melalui pipa ke saluran pembuangan untuk sekaligus menyaring kembali partikel berbahaya pada gas. Saringan tersebut dapat berupa penyaring debu dan dilengkapi katalis.
Dengan memahami artikel ini, kita dapat mengetahui bagaimana cara kerja PLTSa, teknologi dapat membantu mengatasi masalah sampah di Indonesia dan mengurangi dampak negatif PLTSa. Mari bersama-sama wujudkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk mendukung energi terbarukan yang ramah lingkungan! Hubungi kami (Arsa Training dan Konsultan) untuk informasi lebih lanjut tentang pelatihan Pemilah Sampah bersertifikat BNSP.